Minggu, 16 Oktober 2011


PENDEKATAN SISTEM
DALAM PROSES PENYELENGGARAAN
DAN PENGELOLAAN SEKOLAH


0
L
E
H



KOPRAWI NASUTION, SH. M.Pd
DOSEN FKIP UMSU MEDAN




UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
( U M S U )
MEDAN
2010

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kita sampaikan kepada ALLAH SWT Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat, karunia, kesehatan dan kekuatan kepada kita sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan penulisan makalah seperti ini. Makalah ini berjudul : “Pendekatan Sistem Dalam Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan”
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk kenaikan pangkat akademik di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sumatera Utara Medan. Akhirnya sembari menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana penulis menyampaikan makalah ini kepada berkompeten semoga mendapat hasil sesuai harapan. Amin.
                                                                Medan,10 Pebruari 2009
                                                                Penulis,


                                                                        KOPRAWI NASUTION, SH. M.Pd








PENDAHULUAN


Istilah sistem berasal dari Bahasa Yunani “systema” yang berarti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak bagian. Istilah system digunakan untuk menunjuk banyak hal diantaranya hipunan bagian yang saling berkaitan, keseluruhan organ-organ, tubuh tertentu, sehimpunan ide-ide, prinsip dan sebagainya. Sistem juga mengandung dua makna sebagai suatu wujud benda dan sebagai metode.
Dewasa ini teori sistem dan pendekatan sistem makin lama makin memainkan peranan penting dalam berbagai ilmu pengetahuan. Manusia tanpa keraguan-keraguan dapat dinyatakan sebagai suatu system karena ia adalah keseluruhan dan kompleks yang terdiri dari elemen-elemen badaniah dan psikis yang saling mempengaruhi dan yang menyebabkan bahwa manusia itu menjadi sebuah entitas.  Integritas dan kerjasama tersebut berlangsung dengan tujuan untuk mewujudkan kelangsungan hidup manusia dan perkembangan manusia.Manusia merupakan sebuah sistem alamiah yang dapat kita golongkan pada sistem terbuka antar hubungan yang diperlukan. Stafford  Beer (2000:9)  mengklassifikasikan system-sistem dengan bantuan dua macam criteria, yaitu derajat kompleksitas system dan perbedaan antara sistem-sistem deterministik dan sistem-sistem probabilistik.
Menurut kriteria pertama, Beer membagi kompleksitas sistem atas tiga macam gradasi, yaitu :
a.       Sistem-sistem sederhana tetapi dinamik
b.      Sistem-sistem kompleks tetapi yang dapat diterangkan.
c.       Sistem-sistem yang luar biasa kompleks
Sedangkan amenurut criteria kedua yaitu system deterministik dan sistem probabilistik dibagi atas enam, yaitu :
1.      Sistem-Sistem deterministik sederhana
2.      Sistem-Sistem deterministik kompleks
3.      Sistem-Sistem deterministik yang luar biasa kompleks
4.      Sistem-Sistem probabilistik sederhana
5.      Sistem-Sistem probabilistik kompleks
6.      Sistem-Sistem probabilistik yang luar biasa komplek














PEMBAHASAN

A. Hakikat Sistem

  1. Pengertian Sistem
Sistem adalah sebuah kesatuan yang utuh antara komponen sistem, dimana komponen sistem melakukan kegiatannya sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing untuk mencapai tujuan sistem.   Ada beberapa definisi mengenai sistem yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut :
a.               Edgar F. Huse & James L. Bowditch(1983) : sistem adalah suatu seri (rangkaian) bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
b.               John McManama (1971) : sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dan fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu kesatuan organik utuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien.
c.               Soenarwan (1991) : sistem adalah suatu totalitas struktur yang terdiri dari komponen-komponen di dalam mana tiap-tiap kmponen itu mempunyai fungsi khusus, dan diantara mereka terdapat saling hubungan, interaksi dan interdependensi yang secara bersama-sama menuju suatu tujuan bersama
Berdasarkan beberapa definisi tentang sistem di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah keseluruhan keseluruhan dari unsur-unsur sebagai suatu kesatuan yang jika ada yang tidak berfungsi akan menggang yang lainnya, karena unsur-unsur dalam sistem berinteraksi dan bekerjasama secara bersama-sama menuju tercapainya tujuan. Atau dengan perkataan lain, antara satu komponen dengan komponen lain, bekerja satu sama lain saling berhubungan dan saling terkait untuk mencapai tujuan sistem.
Setiap sistem memiliki sub sistem dan setiap sub sistem dapat lagi dibagi menjadi sub-sub sistem. Supra sistem adalah sistem di luar dari sistem sedangkan sub sistem berada di dalam sistem. Supra sistem adalah system yang lebih besar yang berada di luar sistem yang dibahas. Memandang sesuatu sistem atau menetapkan suatu sistem tergantung pada konteks atau pokok masalah yang akan dibahas (Nisjar,1997:1-22).
Dalam Sisdiknas ada delapan komponen yang saling terkait, yakni delapan yang distandarkan, meliputi standar : Standar Isi atau Materi, Standar Proses, Standar Tujuan, Standar Tenaga Kependidikan, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pengelolaan Pendidikan, Standar Sarana dan Prasarana, dan Standar Evaluasi (Permendiknas No 41 Tahun 2007). Hal seperti ini tidak dapat dilaksanakan di PT karena Dirjer Dikti telah memberikan kebebasan pada setiap PT untuk mengembangkan setiap PT di Indonesia. Yang menjadi tugas Direjen Dikti adalah menetapkan pedoman penjaminan mutu pendidikan PT.
Semua komponen ini saling terkait dan bekerja untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan akhir dari pendidikan kita adalah pendidikan yang bercirikan Indonesia, yakni yang Pancasilais. Pencapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003.
Suatu organisasi tidak dapat lepas dari masalah. Suatu organisasi tetap akan berusaha memecahkan masalah. Untuk memecahkan masalah dapat menerapkan pendekatan sistem. Ilmu manajeman berusaha membantu manajer memecahkan masalah.
Pendidikan adalah sebuah organisasi, sebuah sistem, yang didalamnya terdapat komponen sistem. Setiap komponen itu memiliki fungsinya masing-masing. Salah satu adalah fungsi pengelolaan atau fungsi manajemen. Secara skema komponen pokok sistem pendidikan nasional (Fattah,2007:7)
Definisi sistem menurut Tatang (1996:9) lebih mengarah kepada menunjuk suatu benda, jarang mengenai system sebagai metode. Namun definisi system yang paling sederhana adalah sebagaimana dikemukakan Johnson, Kast dan Rosenzwig yang dialihbahasakan Pamuji (1984:4) yaitu, suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang komleks atau utuh. Selain itu ada rumusan yang dianggap lebih lengkapdari rumusan di atas, yaitu rumusan yang dikemukakan oleh Murdick dan Ross (1982:4) yang mengatakan, bahwa system adalah sehimpunan unsur yang melakukan sesuatu kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan sesuatu kegiatan pemrosesan untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan, dan hal ini dilakukan dengan cara mengolah data dan/atau energi dan/atau barang (benda) di dalam jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang (benda).
Sistem sebagai suatu wujud atau benda (entity) dikelompokkan orang menjadi berbagai jenis dari sudut pandang yang berbeda, ada yang lengkap dan ada pula yang tidak dan satu sama lain saling melengkapi. Teori sistem secara garis besarnya dibedakan menjadi sistem sebagai suatu wujud benda (entity) dan sebagai metode (pendekatan sistem). Sistem sebagai suatu wujud benda dikelompokkan orang menjadi berbagai macam atau jenis. Namun yang pasti sistem itu mengandung beberapa aspek yang menjadi makna dari sistem  itu sendiri yang oleh William A. Sharode dan D. Voich dalam Komariah (2009:1) menyebutkan :
a. Suatu system terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait satu dengan yang lainnya.
b. Bagian-bagian yang saling berhubungan itu dapat bekerja dan berfungsi secara independent atau bersama-sama
c. Berfungsinya bagian-bagian tersebut ditujukan untukmencapai tujuan umum dari keseluruhan (sinergi) dan
d. Suatu system yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan tersebut berada dalam lingkungan yang kompleks.

2. Ciri-Ciri Pokok Sistem
Menurut Tatang M. Amirin (1986:22) ada enam ciri pokok suatu sistem, yaitu :
a.       Sistem itu bersifat terbuka, atau pada umumnya bersifat terbuka. Artinya, sistem tidak ada yang benar-benar tertutup Sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebaliknya dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dar pengaruh apapun dari lingkungannya.
b.      Sistem biasanya terdiri dari dua atau lebih sub system, dan setiap sub system terdiri dari subsistem yang lebih kecil
c.       Diantara sub system- sub system terdapat saling ketergantungan, dimana satu dengan lainnya saling memerlukan. Satu sub system memerlukan masukan dari sub system-sub system lainnya
d.      Setiap system mempunyai kemampuan  untuk dengan sendirinya menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (self adjustment). Kegiatan ini dimungkinkan karena adanya system umpan balik atau balikan (feed back)
e.       Sistem mempunyai kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri (self regulation)
f.       Sistem itu mempunyai tujuan dan sasaran
Sedangkan William dan Voich Jr, dalam Amirin (1986:22-23) menyebutkan ada enam ciri pokok system, yaitu :
a)      Sistem itu mempunyai tujuan sehingga perilaku atau kegiatannya mengarah pada tujuan tersebut. Istilah mereka “purposive behavior”
b)      Sistem merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan utuh. Menuruat mereka system memiliki “Wholisme”.  Keseluruhan yang bulat dan utuh itu (the whole)
c)      Sstem memiliki sifat terbuka. Suatu system berinteraksi dengan system yang lebih luas atau lebih besar, yang biasa dinamakan lingkungan system.
d)     Sistem itu mempunyai atau melakukan suatu transformasi, kegiatan mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Jelasnya system mentransformasikan atau mengubah sumber-sumber, masukan (input)
e)      Dalam system terdapat saling keterkaitan. Artinya ada interaksi diantara bagian-bagian (unsur, satu komponen), satu sama lainnya saling bergantung, dan juga terjadi interaksi antara system dengan lingkungannya.
f)       Sistem mempunyai mekanisme kontrol. Artinya dalam system ada kekuatan pemersatu sehingga system itu padu, satu sama lain terikat jadi satu dan sistempun mampu mengatur dirinya sendiri.
Ditinjau dari sudut wujudnya, menurut William dan Voich (1974:116-117) maka system terbagi atas tiga yaitu : 1) system fisik, yaitu yang suda ada fisiknya masing-masing walaupun berbeda-beda seperti system tata surya, 2) system biologis, yaitu system yang hidup seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan 3)  dan system social, yaitu sekelompok manusia seperti keluarga, klub, organisasi dan sebagainya.

    3. Karakteristik Sistem
Menurut Katzs dalam Riggs (1994:114) dinyatakan bahwa karakteristik system terdiri dari :
1.      Memiliki kehendak atau tujuan yang menyangkut beberapa komponen dalam hubungan terbatas yang merupakan keluaran atau sasaran-ssaran tertentu yang dapat dibedakan dari elemen lingkungan
2.      Setiap elemen komponen membentukkualitas karakteristik keseluruhan system bukan dirinyasendiri. Elemen tersebut dapat berupa peraturan, tuntutan atau kondisi psikologisindividu atau organisasi
3.      Selalu berada dalam hubungan yang dinamis dengan masukan yang selalu masuk dan keluaran yang selalu keluar
4.      Memiliki interrelasi  diantara variabel-variabelnya
5.      Mempunyai sasaran atau arah  Sedangkan kerja untuk mencapai sasaran tersebut adalah kerja administrasi. 
  Selain itu setiap system mempunyai batas yang memisahkan dirinya dari lingkungan. Dengan adanya konsep pengertian batas, maka system itu ada yang berwujud fisik dan ada pula konseptual. Secara operasional pengertian dan batasan sistemdalam kaitannya batasnya itu digambarkan Murdick dan Rose (1982:408) dalam Amirin (1986:29) sebagai berikut :
a. Catat semua komponen yang membentuk system dan berikan batas-batasnya
b. Catat semua arus atau aliran yang melewati batas sistem
c. Catat atau daftar semua unsur yang turut membantu mencapai tujuan tertentu dari sistem tersebut lalu masukkan ke dalam batas sistem jika belum termasukkan.
Kjonsep batas dimaksud dapat di lihat melalui gambar berikut :


                                                Segala yang ada
Garis
melukiskan                                                                        di luar batas merupakan
sistem                                                                                 lingkungan

                                     Gambar 1. Konsep Batas Sistem (Amirin, 1986:29)

     SISTEM
            Sebagai bahan bandingan dapat di lihat model sistem sederhana melalui gambar berikut :
                        Masukan                                                                      Keluaran
                        (input)                                                                         (output)

                                    Gambar 2. Model Sistem Sederhana (Amairin, 1986:30)

            Berbicara tentang batas sistem, Davis (1974:83) memberikan contoh sebagai berikut :
Tabel  1
Contoh Batas Sistem

Sistem
Batas
Manusia



Mobil


Produksi
Kulit, rambut, kuku, dan semua bagian yang termuat di dalam membentuk sistem, semua yang berada di luarnya disebut lingkungan.

Badan mobil dan roda (ban) serta semua bagian yang berada di dalam itu membentuk sistem

Mesin produksi, pegawai, prosedur-produksi,dan sebagainya membentuk sistem. Sisanya dari bagian-bagian perusahaan merupakan lingkungan

Atau dengan gambar sebagai berikut :


Gambar 3
Manusia Sebagai Sistem









Gambar 4
Mobil Sebagai Sistem










Gambar 5
Produksi Sebagai Sistem












B. Pengertian Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem terdiri dari satu set alat perencana yang menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang sudah diidentifikasikan dan dirumuskan mengingat sangat kompleks dan saling berkainya permasalahan yang ada sedrta luas dan beragamnya setiap bnidang yang ditangani, maka sejak tahun 1970 Indonesia amenggunakan pendekatan system (system approach) sebagai pisau analisis yang dipergunakan oleh perencana pendidikan.
Sistem sebagai metode disebut juga pendekatan system (system approach). Pendekatan pertama menurut Boulding dalam Nisyar (1997:4) adalah berupa tindakan dimana orang menyeleksi bidang-bidang problema tertentu, yang dapat dijumpai dalam berbagai macam disilin, setelah mana orang berupaya untuk mengkonstruksi model-model teoretikal umum, sehubungan dengan bidang-bidang problem yang telah dilokalisasi tersebut. Sedangkan pendekatan kedua adalah perlu diaturnya bidang-bidang empirical dalam sebuah hirarkhi, dimana digunakan sebagai kriterium derajat kompleksitas organisasi seorang individu. Setelah itu untuk masing-masing kelas perlu dikembangkan sebuah neveu abstraksi yang sesuai.
Pendekatan sistem secara sederhana dilukiskan sebagai penerapan berfikir sistem dalam menganalisis sesuatu masalah tertentu. Masalah yang akan kita analisis itu di lihat sebagai sesuatu kesatuan sistem, dimana bagian-bagian dari sistem tersebut saling bergantung dan berjalin satu sama lain, sehingga bila terdapat kerusakan atau akekurangansempurnaan dalam salah satu bagiannya akan terjadi ketidakseimbangan dalam sistem tersebut
Maksud dari pendekatan sistem dalam hal ini adalah mengaplikasikan cara berfikir sistem dalam melihat suatu objek yang kita hadapi, umpamanya dalam kita melihat sistem pendidikan, kita melihatnya sebagai suatu kumpulan yang mempunyai bagian-bagian yang kompleksdan kesemuanya berjalin satu sama lain sehingga merupakan suatu”unitas multiples”. Artianya jika salah satu bagiannya rusak maka fungsi dari siste4m pendidikan keseluruhan akan terganggu.
Menurut Von Bertalanffy ada beberapa pendekatan yang memenuhi syarat bagi pembentukan sebuah teori sistem yaitu Ilmu Kinerbetika (cybernetics), teori informasi (information theory), perori permainan (game theory), teori keputusan (decision theory) dan operations research. Sedangkan untuk merumuskan sebuah teori system dipakai pendekatan seperti Tehnik-tehnik matematik, model-model konseptual, pandangan-pandangan umum. Selanjutnya D. Keuning merumuskan pendekatan baru berdasarkan visi Von Bertalanffy menjadi sebagai berikut :
1.      Teori system klasikal
2.      Computerization and simulations
3.      Compartment Theory
4.      Set Theory
5.      Graph Theory
6.      Cyibernetik
7.      Theory of Automata
8.      Game Theori
9.      Decision Theory
10.  Net Theory
11.  Queuing Theory
12.  Information Theory dan
13.  Verbal models.

C. Pengelolaan dan Penyelenggaraan Sekolah
Pengelolaan sekolah terdiri dari dua kata yaitu “pengelolaan” dan “sekolah”. Pengelolaan berasal dari kata “kelola” yang artinya mengendalikan, menyelenggarakan, menjalankan, mengurus. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:410) menyebutkan, pengelolaan berarti proses, cara perbuatan mengelola atau proses melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain. Menurut Echols dan Shadily (1996:372), mengelola disebut “manage” berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola atau memperlakukan.
Istilah sekolah adalah salah satu istilah yang paling banyak terdengan dibicarakan tua muda, laki-laki perempun dari semua lapisan dan starata social dimanapun berada. Pengertan sekolah pada hakikatnya adalah luas karena mencakup hal-hal yang menopang terlaksananya pembelajaran di gedung, perlengkapan dan sebagainya. Bahkan Nawawi (2004:53) mengatakan, sekolah tidak boleh diartikanhanyasekedar sebuah ruangan atau gedung atau tempat anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan, akan tetapi sekolah sebagai institusiperanannya jauh lebih luas dari itu.
Sebagai instusi dalam melaksanakan fungsinya sekolah harus mampu memberdayakan seluruh sumber daya yang ada. Misi utama sekolah biasanya disesuaikan dengan ciri-ciri yang dimiliki sekolah tersebut. Sebab menurut Sagala (2004:57-58), fungsi dan tugas utama dari suatu sekolah adalah meneruskan, mempertahankan, dan mengembangkan kebudayaan masyarakat melalui pembentukan kepribadian anak-anak agar menjadi manusia dewasa dari sudut usia maupun intelektualnya, serta trampil dan bertanggung jawab sebagai upaya mempersiapkan generasi pengganti yang mampu mempertahankan eksistensi kelompok atau masyarakat, bangsa dan budaya yang mendukungnya.
            Dengan mencermati fungsi dan tugas utama sekolah di atas dapatlah diketahui bahwa sekolah pada hakikatnya adalah suatu system sosial yang memerlukan keterampilan khusus dalam mengelolanya termasuk menentukan system yang dipergunakan dalam mengelola. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hoy dan Miskel (2004:57) yang mengatakan : “The school is a system of social interaction, it an organized whole comprised of interacting personality bound together in a organis relationship”. Maksudnya sekolah adalah suatu system interaksi sosial dari keseluruhan organisasi yang terdiri dari kepribadian-kepribadian yang terinteraksi, yaitu interaksi antar personal terkait dalam hubungan organisasi.
            Sekolah sebagai suatu sistem sosial dapat dibuktikan dengan adanya ketergantungan dan keterkaitan antara bagian-bagian yang ada dengan jaringan kerja yang ditetapkan. Disini terlihat kehendak yang menginginkan bahwa tak satupun bagian yang boleh tidak bekerja. Artinya setiap bagian sangat berperan dan menentukan terhadap bagian lainnya secara keseluruhan. Sebagai suatu sistem sekolah memiliki sub sistem-sub sistem yaitu  : sarana prasarana, siswa, guru, kurikulum, buku-buku, alat peraga (media pembelajaran) dsb.
            Selanjutnya, sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan duipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya. Sekolah sebagai suatu organisasi sering menunjukkan kekhasannya menurut core bisnis yang dijalankan yaitu pembelajaran.
Memperhatikan uraian di atas, maka sekolah dapat dikatakan sebagai lembaga yang mengadakan kegiatan pembelajaran dengan memenuhi kriteria sebagaimana diatur menurutundang-udang yang berlaku. Selanjutnya jika kata pengelolaan dgabung dengan kata sekolah, maka jadilah pengelolaan sekolah yang memiliki makna pengurusan, pengembangan dan peningkatan sekolah. Biasanya untuk memenuhi harapan dalam pengelolaan sekolah agar menjadi sekolah berkualitas perlu ditentukan langkah-langkah apa dan bagaimana melakukannya agar sekolah itu menjadi baik. Menurut Sagala (2004:58) ada beberapa langkah yang dapat dijadikan acuan dalam mengelola sekolah secara professional, yaitu : 1) Menyusun rencana dan melaksanakan program sekolah dengan di dukung anggaran yang tersedia dan mungkin dapat disediakan, 2) Mengkoordinasikan dan menyerasikan sumber daya sekolah, 3) Melaksakan manajemen sekolah yang efektif dan efisien, 4) Melakukan pengawasan (supervisi) dan pembimbingan, 5) Melakukan evaluasi pencapaian target, 6) Menyusun laporan sekolah, dan 7) Mempertanggng jawabkan penyelenggaraan seolah secara periodik.
            Untuk menerapkan langkah-angkah tersebut setiap usaha pengelolaan sekolah diharapkan agar bermutu harus memiliki perencanaan dan kesiapan yang serba ada dan serba cukup. Sebab baik tidaknya suatu sekolah dapat dilihat melalui kemampuan sekolah mengantarkan siswa menuju sekolah lanjutan pilihannya.
            Proses penyelenggaraan sekolah adalah salah satu kiat manajemen sekolah dalam mengelola masukan-masukan dalam rangka pencapaian tujuan sekolah. Penyelenggaraan sekolah jika ditinjau dari perspektif kepemimpinan merupakan usaha memotivasi semua sumber daya yang ada agar mereka bersemangat melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban-kewajibannya serta maksimal peruntukannya dalam menghasilkan karya yang berguna dan bermutu. Oleh karenanya kepala sekolah harus mampu menjadi agen perubahan (agent of change) yang selalu berusaha untuk memberikan motivasi kepada staf..
Banyak hal yang harus dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan sekolah jika sekolah diharapkan bermutu. Seperti menyusun perencanaan yang baik, menetapkan schadule pelaksanaan dan melaksanakan evaluasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Roe (1980) dan Norton (1985) dalam Komariah (2009:5) yang mengatakan bahwa, pengelolaan program sekolah adalah pengkoordinasian dan penyerasian program sekolah secara holistik dan integratif yang meliputi : (1) perencanaan, pengembangan dan evaluasi program, (2) pengembangan kurikulum, (3) pengembangan proses belajar mengajar, (4) pengelolaan sumber daya manusia, (5) pelayanan siswa, (6) pengelolaan fasilitas, (7) pengelolaan keuangan, (8) pengelolaan hubungan sekolah-masyarakat dan (9) perbaikan program.

PENUTUP

Berdasarkan beberapa uraian di atas, diketahui bahwa  system terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait satu dengan yang lainnya dimana bagian-bagian yang saling berhubungan itu dapat bekerja dan berfungsi secara independent atau bersama-sama untuk mencapai tujuan umum dari keseluruhan (sinergi).
Suatu system terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan terdapat empat unsur dari setiap system, yaitu : 1) bagian atau hal yang dikontrol, 2) alat sensor atau metode pengukuran, 3) kelompok atau unit-unit kontrol, atau peralatan untuk membandingkan data yang diukur dengan pekerjaan yang direncanakan dan mengarahkan informasi koreksi dan 4) kelompok penggerak atau mekanisme yang mampu mengadakan perubahan yang diperlukan.
Sistem mungkin merupakan “opensequence”  dimana satu elemen kontrol atau lebih dari tidak  merupakan suatu bagian idari pada system yang dikontro; diintegrasikan ke dalam system operasi dan informasi adalah media kontrol, oleh sebab itu harus dengan bahasa yang atau yang lazim dalam rencana.
            Bahwa dalam pendekatan system dikenal ada dua pendekatan yaitu : pendekatan pertama berupa tindakan dimana orang menyeleksi bidang-bidang problema tertentu, yang dapat dijumpai dalam berbagai macam disilin, setelah mana orang berupaya untuk mengkonstruksi model-model teoretikal umum, sehubungan dengan bidang-bidang problem yang telah dilokalisasi tersebut. Sedangkan pendekatan yang kedua adalah perlu diaturnya bidang-bidang empirical dalam sebuah hirarkhi, dimana digunakan sebagai kriterium derajat kompleksitas organisasi seorang individu. Setelah itu untuk masing-masing kelas perlu dikembangkan sebuah neveu abstraksi yang sesuai



DAFTAR BACAAN

Awad, Elias M.   1979    System Analysis and Design. Richard D. Irwin, Homeworod, Illinois.

M. Amirin, Tatang.  1996.  Pokok-Pokok Teori Sistem     Jakarta:Rajawali.

Nisjar, Karhi dan Winardi   1997  Teori Sistem dan Pendekatan Sistem dalam Bidang Pendidikan.   Bandung:Mandar Maju.

Winardi,   1992.  Azas-Azas Manajemen     Bandung:Mandar Maju

Tidak ada komentar: